Minggu, 31 Oktober 2010

contoh proposal

A. Judul penelitian : Silang Budaya pada Komunitas Tionghoa-Muslim di Kampung Nelayan Dungkek, kecamatan Dungkek, kabupaten Sumenep, Pada Masa Orde Lama(1960-an)
B. Latar belakang
Sumenep adalah kota yang berada diujung timur pulau Madura. Dengan julukan kota Adipura, Sumenep menyimpan banyak kebudayaan, salah satunya adalah desa Dungkek yang berada dipucuk paling timur kota Sumenep. Desa Dungkek merupakan peninggalan kota tua yang hilang ditelan masa. Tahun 1740 M menjadi tujuan pertama kali emigran Cina ke Dungkek. Di kampung nelayan Dungkek dengan masyarakat yang bermacam-macam mata pencahariannya terdapat juga masyarakat Tionghoa yang menganut agama Islam. Percampuran kebudayaan bisa terjadi dimana dan dalam bentuk apa saja, termasuk masyarakat Tionghoa yang mulai menganut agama Islam. Dimana mereka menemukan sesuatu yang unik dari masyarakat Muslim Dungkek sehingga akhirnya orang-orang Tionghoa di desa Dungkek memilih untuk menjadi Tionghoa-Muslim. Dengan agama Islam yang mereka anut namun mereka tidak pernah melupakan darah Cina yang mengalir ditubuh mereka. Mereka tetap mempertahankan budaya atau adat khas masyarakat Tionghoa sendiri, salah satunya adat bahwa mereka harus tetap menikah dengan orang keturunan Tionghoa agar darah ke-Cina-an mereka tidak hilang dan tetap melekat erat sampai pada keturunan berikutnya. Silang budaya melalui pernikahan ini terlihat pada nenek buyut keluarga D. Zawawi Imron, yang kemudian menurun pada cucu beliau yang mempunyai mata yang sipit dan kulit putih seperti orang Cina. Kini peninggalan yang jelas nyata terlihat adalah rumah-rumah dan kuburan-kuburan Cina yang sudah tua di desa Dungkek.
Kebesaran dan kejayaan sebuah kebudayaan yang dimiliki bangsa tertentu tidak ditentukan oleh ketuaannya (lamanya waktu kebudayaan itu terbentuk), melainkan diukur oleh hasil-hasil yang pernah dicapai (achievement) oleh kebudayaan itu. Lalu, apakah criteria bahwa nilai-nilai peradaban yang dihasilkan sebuah kultur (kebudayaan) tergolong bernilai tinggi ataukah sebaliknya? Dalam hal ini, bangsa Cina termasuk bangsa yang berperadaban dan berkebudayaan sangat tua .
Masyarakat Tionghoa-Muslim menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat Muslim yang lain di desa Dungkek. Walaupun tidak semua masyarakat Tionghoa Dungkek menganut agama Islam, ada juga beberapa yang menganut agama nasrani atau Kristen namun tetap juga mempertahankan adat ke-Cina-an mereka. Walau bagaimanapun kebudayaan memang tidak pernah bisa dilepaskan dari jiwa manusia. Manusia yang sudah sangat melekat erat dengan budaya yang mereka yakini baik maka mereka akan tetap mempertahankan itu. Kebudayaan juga tidak akan bertahan tanpa ada campur tangan manusia dalam mengolah kebudayaan itu sehingga tetap dipertahankan. Zhuang, seorang fotografer sekaligus peneliti dari Singapura menemukan fakta, antara Tionghoa-Muslim dan penduduk pribumi memiliki hubungan yang dekat. Misalnya di Banten, Tionghoa, khususnya yang muslim merupakan bagian dari sejarah masyarakat di daerah itu, demikian juga di Dungkek yang sudah mengalami pembauran.
Kebudayaan Madura dan Cina membaur tanpa menghilangkan nilai asli budaya Tionghoa. Nilai adat dan norma juga tetap terjaga, menghormati orang yang lebih tua tetap ada dalam diri orang Madura, demikian juga pada orang Tionghoa. Jika stereotipenya selama ini orang Tionghoa dikenal pelit dan pilih-pilih dalam bergaul dengan orang lain, tidak demikian halnya dengan orang Tionghoa di Dungkek. Baik anak dari keluarga kaya, miskin atau yang sedang-sedang saja, tidak ada perbedaan mereka harus bergaul dengan siapa. Yang terpenting adalah mereka saling menghormati satu sama lain. Adanya penilaian lain juga tentang agama yang mereka anut, mungkin faktor ini juga yang menyebabkan orang Tionghoa di Dungkek akhirnya memeluk agama Islam dan menjadi Tionghoa-muslim di Dungkek. Mereka pasti punya alasan kuat mengapa mereka memutuskan untuk menjadi Tionghoa-muslim. Gejolak ini mulai muncul pada masa-masa pemerintahan Soeharto, dimana pemberontakan PKI masih terjadi dimana-mana. Orang Cina dianggap komunis dan tidak percaya adanya Tuhan. Berkaca pada alasan mengapa mereka memilih Dungkek sebagai daerah yang tepat untuk mereka tempati, mengapa justru daerah terpencil seperti Dungkek yang mereka datangi, mereka juga punya alasan tersendiri akan itu. Seiring berjalannya waktu, mereka menemukan pembauran dalam diri mereka, terutama dalam budaya dan kehidupan sosial sehingga merasa ingin menganut agama Islam dan menemukan kecocokan dalam mereka menganut Islam.
Penelitian sejenis adalah tulisan dari Leo Suryadinata tentang Gerakan Dakwah Di Kalangan Orang Tionghoa Indonesia yang lebih memfokuskan penulisannya terhadap adanya suatu wadah dakwah yang di dalamnya terdapat orang-orang Tionghoa sebagai anggota dan pengurusnya. Menurut Leo, banyak orang Tionghoa miskin yang masuk Islam dan mendirikan sebuah organisasi Muslim Tionghoa, yang paling terkenal adalah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) . Penelitian lainnya adalah penelitian Thung Ju Lan “Susahnya Jadi Orang Cina: ke-Cina-an sebagai Kontruksi Sosial” yang lebih membahas tentang masalah identitas ke-Cinaan dalam rangka memahami masalah Cina yang mencuat kembali akibat peristiwa tragis Mei 1998. Banyak kalangan yang menganggap identitas Cina ini adalah sebuah identitas yang baku, karena kata itu tidak pernah berubah dalam kurun waktu yang cukup panjang.
Keberadaan pemuka agama sangat dihargai di kalangan masyarakat Madura, khususnya di Sumenep termasuk di Dungkek. Maka tidak heran jika masyarakat Madura mayoritas masyarakatnya adalah pemeluk agama Islam. Keberadaan masyarakat Tionghoa didaerah terpencil seperti Dungkek, menyimpan suatu makna tersendiri. Tempat yang dekat dengan pantai dan pelabuhan kapal-kapal menuju pulau seberang menjadi tempat yang dipilih oleh para pendatang Cina tersebut. Kebiasaan antara masyarakat nelayan dengan orang-orang Tionghoa pun menyatu tanpa meninggalkan budaya lama, walaupun sedkit demi sedikit nilai itu tidak terlihat dalam keseharian orang-orang Tionghoa Dungkek.
C. Rumusan masalah
1. Bagaimana keberadaan etnis Tionghoa-Muslim di Dungkek?
2. Bagaimana kehidupan social-budaya masyarakat Tionghoa dengan masyarakat Madura di Dungkek tahun 1960-an?
3. Bagaimana silang budaya masyarakat Tionghoa-muslim di kampung nelayan Dungkek?
D. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan keberadaan etnis Tionghoa dan situasi sosial masyarakat di kampung nelayan Dungkek.
2. Mendeskripsikan kehidupan social-budaya masyarakat Tionghoa dengan masyarakat Madura di Dungkek tahun 1960-an.
3. Mendeskripsikan silang budaya masyarakat Tionghoa-muslim di kampung nelayan Dungkek.
E. Manfaat penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi jurusan sejarah Universitas Negeri Malang
a. Sebagai sumber referensi dan dokumentasi yang diperlukan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama tentang penulisan Sejarah Indonesia yang terkait dengan silang budaya dan percampuran budaya Tionghoa-Muslim di Indonesia.
b. Hasil penelitian ini tentunya akan menambah informasi bagi penelitian selanjutnya dan dapat menambah perbendaharaan karya ilmiah bagi lembaga yang terkait.
2. Bagi Masyarakat Luas
a.Untuk mengembangkan pemahaman masyarakat, dalam melihat peristiwa Sejarah tidak hanya dari satu sudut pandang saja.
3. Bagi Peneliti.
a. Melatih berfikir kritis dan berani mengungkapkan pendapat.
b. Dengan penelitian ini, peneliti mendapatkan tambahan pengetahuan tentang bidang Sejarah yang dapat digunakan untuk mengaplikasikan ilmu atau pengetahuan yang telah diterima selama di bangku perkuliahan yang tentunya akan sangat berguna bagi peneliti dikemudian hari.
4. Bagi Pemerintah Kota Sumenep
a. Menambah dan melengkapi kumpulan referensi serta informasi tentang keberadaan dan masyarakat Tionghoa di kampung nelayan Dungkek kabupaten Sumenep dan menjadi sejarah yang tidak akan pernah terlupakan oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Dungkek di Sumenep.
G. Kajian Pustaka
1. Sejarah Sumenep
Sultan Abdurrahman, Adipati Sumenep abad XVIII, pernah memberi keterangan, bahwa sebelum zaman Majapahit, di Madura Timur (Sumenep) sudah ada pusat pemerintahan yang berada di Purwareja yang sekarang bernama dusun Mandaraga, kecamatan Ambunten. Kepala Pemerintahan tersebut bernama Pangeran Rato. Dalam kitab Paparaton disebutkan bhawa pada zaman Singosari, Prabu Kertanegara mengangkat Aria Wiraraja (Banyak Wide) sebagai adipati pertama di Sumenep. Menurut Doktor Abdurrahman, sebelum Aria Wiraraja pulau Madura hanya diperintah oleh seorang yang berpangkat Akuwu yang namanya tak pernah tercatat dalam sejarah. Penguasa pertama yang paling terkenal di Madura adalah Aria Wiraraja. Mengenai asal-usul Aria Wiraraja, memang banyak dijelaskan bahwa ia sebagai keturunan dari Nangka.
2. Kebudayaan Sumenep
Pengertian kebudayaan Sumenep tidak terlepas dari pengertian kebudayaan pada umumnya yaitu seperti yang diungkapkan para ahli, menurut Koentjaraningrat pengertian kebudayaan adalah seluruh gagasan, karya dan hasil karya manusia yang harus ditempuh dengan proses belajar. Adat budaya Sumenep adalah kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Sumenep. Masyarakat Madura adalah orang-orang yang cenderung mempunyai sifat keras, bagi mereka, harga diri adalah sesuatu yang penting dan harus dijaga. Namun bukan berarti masyarakat Madura adalah orang yang temperamen danmenghalalkan segala cara demi apa yang mereka inginkan tercapai. Sesuatu yang mereka anggap mahal apalagi menyangkut harkat dan martabat akan selalu mereka pertahankan. Masyarakat Madura, khususnya di Sumenep adalah ciri-ciri orang yang tidak mau dipandang sebelah mata atau dilecehkan. Bagi mereka, ini adalah suatu ciri khas yang sudah melekat pada diri mereka.
Masyarakat Sumenep adalah termasuk orang yang memegang dan menjaga budaya dan adat masyarakat setempat. Demikian juga masyarakat Dungkek, kecamatan paling timur kota Sumenep. Mereka sangat memegang norma-norma dan nilai-nilai masyarakat serta nilai budaya maupun adat-istiadat disekitar lingkungan mereka. Terutama norma kesopanan sangat mereka jaga, karena jika ada satu hal yang membuat nama baik atau harga diri mereka buruk maka mereka juga akan dipandang buruk dan diremehkan masyarakat.
3. Tionghoa-muslim
Berdasarkan data yang didapat, masyarakat Tionghoa di Dungkek mulai memeluk agama Islam tepatnya pada masa-masa sedang gencarnya perlawanan terhadap PKI, yang saat itu dipelopori oleh kaum komunis. Melihat gejolak yang terjadi di Indonesia saat itu, orang-orang komunis tersebut dianggap sebagai orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan atau mungkin lebih tepatnya tidak mengakui Indonesia sebagai Negara yang mengakui adanya 5 agama, dengan mayoritas agamanya Islam. Tidak menutup kemungkinan juga, bahwa masyarakat Tionghoa di Dungkek memeluk agama Islam untuk menepis anggapan tersebut.
Adapun tokoh Tionghoa-muslim yang terkenal adalah Cheng Ho, yang menurut beberapa sarjana merupaka keturunan ke-37 Nabi Muhammad SAW. Namun pendapat ini masih harus diselidiki lagi dengan sungguh-sungguh mengingat Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah yang amat dijunjung tinggi oleh segenap umat Islam .
Cheng Ho adalah muslim yang taat, namun keberadaannya kurang begitu terungkap dalam sejarah. Islam sendiri masuk ke Tiongkok melalui daratan dan lautan. Perjalanan darat mulai dari Arab sampai ke bagian barat Laut Tiongkok melalui Persia dan Afghanistan. Jalan ini terkenal dengan nama “jalur sutra”, sedangkan perjalanan laut dimulai dari Teluk Persia dan Laut Arab sampai ke pelabuhan-pelabuhan Tiongkok seperti Guangzhou, Quanzhou, Hangzhou dan Yangzhou melalui Teluk Benggala, Selat Malaka dan Laut Tiongkok Selatan. Pada sekitar abad ke-7 dan ke-8 hubungan antara Tiongkok dengan Arab sangat baik. Kerajaan Arab telah 36 kali mengirim utusan muhibahnya ke Tiongkok dalam waktu 147 tahun dari tahun 651 sampai tahun 798. Para pedagang Arab dan Persia yang berniaga ke Tiongkok pada umumnya adalah orang Islam yang datang perorangan dan kemudian menikah dengan wanita setempat. Keturunan mereka secara turun-temurun memeluk agama Islam dan menjadi penduduk di Tiongkok .
Sejak Cina membuka pintunya kepada dunia luar, segala hal dan fakta mengenai umat Islam di negara itu mulai terbuka satu per satu. Umat Islam di Cina tidak hanya kaya akan budaya, kesenian, dan nilai peradaban yang tinggi, tetapi juga kehadiran mereka telah memberikan sumbangan yang cukup penting kepada perkembangan pemerintahan negara Cina. Umat Islam memainkan peranan penting di dalam pemerintahan beberapa dinasti Cina. Mereka juga terlibat dalam beberapa pergolakan politik di negara tersebut. Umat Islam di Cina pernah menduduki jabatan yang tinggi dalam kancah pemerintahan. Mereka juga pernah ditindas dan disingkirkan dari kedudukannya. semuanya itu merupakan rekaman sejarah yang akan dijadikan bukti tentang kehadiran umat Islam di Cina yang sejak dulu dianggap sebagai salah satu negara penguasa di dunia. Dunia Islam sangatlah luas, kita dapat menemui umat Islam di mana-mana. Umat Islam menguasai hampir separuh dari kekuasaan negara Cina dan kini kedudukan serta peranan mereka semakin mendapat pengakuan dari kalangan masyarakat yang lain.
4. Etnik Cina
Etnik (etchic) bersala dari kata Yunani ethos, yang merujuk pada pengertian bangsa atau orang. Sering diartikan sebagai kelompok social yang ditentukan oleh ras, adat-istiadat, bahasa, nilai dan norma budaya, dan lain-lain, yang pada gilirannya mengindikasikan adanya kenyataan kelompok yang minorotas atau mayoritas dalam sutau masyarakat. Misalnya, kita menyebutkan Cinacentric untuk menerangkan kebudayaan yang berpusat pada mayoritas etnik dan ras dari yang berorientasi pada Cina, Jawacentric untuk menjelaskan kebudayaan yang berorientasi pada Jawa, dll. Etnik dikenal sebagai suatu populasi yang :
1. Secara biologis mampuberkembang biak dan bertahan.
2. Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya.
3. Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri.
4. Menentukan cirri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain .
Menurut orang Jawa, etnis Cina adalah orang yang suka berkelompok dengan sesama etnis, hidup ulet dan pelit, Cina dari kelas menengah atas hidup lebih ekslusif dan diperlukan pengalaman untuk memahami pergaulan antar etnis. Bagi orang Cina, budaya leluhur wajib dihormati. Orang Cina suka hidup menyendiri, mau bergaul dengan orang Jawa jika ada kepentingan. Orang Cina tidak mempertentangkan agama, jika ada konflik agama itu berarti pengalaman mereka yang berkonflik masih dangkal . Pengaruh Budhisme juga masuk ke Cina dan berasal dari India. Terjadi sejak awal pertama sebelum masehi yang kemudian masuk secara lebih intensif sejak abad empat masehi .
Namun, masyarakat Tionghoa di Dungkek ini, mereka adalah masyarakat yang sudah bisa berbaur dengan masyarakat setempat. Mampu menyesuaikan dengan keadaan lingkungan alam maupun sosial masyarakat Dungkek sehingga kata-kata “yang paling kecil” atau “yang paling besar atau tinggi” tidak ada lagi dalam diri masyarakat Tionghoa Dungkek dengan masyarakat Dungkek sendiri. Sudah tidak ada strata dalam kehidupan sosial mereka, yang ada hanya sikap saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
H. Landasan teori
Teori ialah suatu penjelasan yang sistematis untuk mengobservasi fakta-fakta dan hukum-hukum yang terkait dengan aspek tertentu dari kehidupan. Berikut ini akan di jelaskan keterkaitan teori H. Steward tentang Cultural Change bagi keberadaan keraton Sumenep.
1. Teori Cultural Change H. Steward
Kebudayaan merupakan sistem penguasaan kekuatan atau energi, ini berarti kebudayaan senantiasa mengalami perubahan. Kebiasaan adalah manifestasi dari ketentuan-ketentuan pengembangan hukum atau norma. Norma itu sendiri adalah nilai dari suatu budaya. Nilai budaya ini tergali dari masyarakat Sumenep yang terlihat sangat abstrak. Apabila individu tidak melakukan kebiasaan yang ada itu, maka sudah tentu dia akan disisihkan ditengah-tengah masyarakat. Disisihkan berarti tidak lagi dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Apalagi kelakuan yang menyangkut hal-hal yang menyimpang dan merugikan orang banyak yang mencemarkan nama Sumenep. Kebiasaan itu dilakukan terhadap : (1) diri sendiri; (2) arah horizontal; (3) arah vertikal. Kebiasaan untuk diri sendiri berupa koreksi diri dan membenahi diri sebleum bertindak. Kebiasaan dengan arah horizontal merupakan tingkah laku yang dapat dihargai dan dihormati orang lain biasanya dengan tindakan ucapan dan perbuatan. Kebiasaan dengan arah vertikal dianjurkan harus tunduk dan taat melaksanakan petuah serta nasehat .
Seiring dengan proses perubahan waktu maka akan mengembangkan dinamika budaya nasional dan norma-norma sosial yang baru serta melembaga dalam berbagai bidang kehidupan. Proses ini pula yang akan mendukung dan mempercepat alih ilmu teknologi modern. Dalam mengadopsi suatu budaya, orang tidak akan melepaskan nilai-nilai yang melekat pada unsur budaya itu. Dengan mengembangkan nilai-nilai yang serupa dari khasanah budaya sendiri, orang dengan mudah dapat mengambil alih teknologi modern. Kebudayaan bisa berubah dan bercampur dengan unsur budaya lain, jika ada unsur yang mendorong perubahan itu, misalnya seorang Cina yang menetap dan menikah dengan orang pribumi maka lama-kelamaan ia akan merasa betah untuk selamanya tinggal di tanah Jawa yang akhirnya bisa juga menimbulkan kebudayaan baru dari percampurannya.
Setelah beberapa waktu peningkatan suhu politik yang mengarah kepada perpecahan-perpecahan kerajaan setempat dan usaha terus-menerus dari kekuatan-kekuatan saingannya sesama negara Eropa. Untuk itu VOC perlu menetap di daerah ini dan melakukan campur tangan langsung semakin lama menjadi semakin mendalam. Dengan adanya kekuasaan-kekuasaan VOC pada saat itu di Sumenep inilah yang mendasari timbulnya percampuran budaya di Sumenep. Perubahan kebudayaan berdasarkan Cultural Change bahwa kebudayaan tidak berkembang dalam tahap yang sama tetapi dari multi variable berupa teknologi, struktur ekologi manusia, pola-pola dalam lingkungan, dan lain sebagainya. Demikian juga yang terdapat pada masyarakat Tionghoa-Muslim di kampung nelayan Dungkek ini, jika tidak ada sesuatu yang masuk dalam diri atau hati dan pikiran mereka maka perubahan serta percampuran budaya itu tidak akan terjadi. Lingkungan dan struktur ekologi manusia serta perkembangan pemikiran manusia yang semakin canggih dari waktu ke waktu membawa suatu percampuran dan penyatuan pada kebudayaan masyarakat Tionghoa dalam memeluk agama Islam. Walau demikian, masyarakat Tionghoa tetap menjaga kelestarian dan keaslian adat budaya mereka sendiri. Ini sebagai bukti bahwa dengan bercampurnya budaya diluar Cina dengan budaya Cina sendiri namun tetap melestarikan budaya asli orang-orang Cina.
I. Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dan observasi dengan menggunakan metode sejarah. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau . Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil penulisan yang bersifat ilmiah dan bukan hasil penulisan yang didasarkan penulisan semata. Pengertian metode dan metodologi mempunyai hubungan erat meskipun dapat dibedakan. Menurut Kuntowijoyo, metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis tentang bahan, kritik, interpretasi dan penyajian sejarah . Metode sejarah adalah seperangkat sistem yang berisi norma-norma, aturan-aturan, yang harus diikuti dalam menyusun fakta-fakta yang telah diuji dalam suatu hubungan guna menyusun peristiwa . Maka dalam penulisan proposal ini penulis mengambil langkah sebagai berikut.
1. Pemilihan Topik.
Dalam pemilihan topik tidak dapat muncul masalah jika seseorang tidak mempertanyakan informasi yang ada. Tidak berlebihan bila pertanyaan adalah mesin utama dari proses keilmuan. Disini penulis mengambil topik tentang ”Silang budaya pada komunitas Tionghoa-Muslim di Kampung nelayan Dungkek Pada Masa Orde Lama (1960-an)”. Karena kedekatan emosional tempat tinggal yang cukup dekat, sekaligus peneliti ingin memunculkan sesuatu baru yang belum pernah diteliti oleh peneliti-peneliti yang lain. Peneliti ingin menunjukkan aspek sejarah kebudayaan dalam penelitian ini. Sejarah kebudayaan adalah usaha mencari morfologi budaya, studi tentang struktur yang melihat gejala-gejala sebagai sesuatu yang mempunyai makna jelas dalam dirinya . Dalam penelitian ini ada aspek budaya sekaligus persitiwa sejaranhya juga, terlihat dari kedatangan orang-orang Tionghoa ke kampung nelayan dan mengapa justru kampung nelayan tersebut yang dipilih, mengapa bukan daerah-daerah yang terletak di kota-kota. Aspek ini juga yang akan diungkap dalam penelitian tersebut.
2. Heuristik
Sejarawan yang melakukan penelitian terhadap peristiwa sejarah, biasanya tidak berangkat dari nol, akan tetapi memerlukan buku-buku rujukan atau sumber yang dipakai sebagai sumber landasan untuk mengembangkan objek yang diteliti. Kajian pada sumber-sumber adalah suatu ilmu tersendiri dan disebut Heuristik. Heuristik digunakan untuk menjelaskan teknik peneliti mencari jejak-jejak sejarah, yaitu proses pengumpulan sumber sebagai bahan dasar untuk menulis. Biasanya sejarawan melakukan proses pengumpulan data setelah berhasil menemukan topik yang akan diteliti.
Dalam pengumpulan sumber, maka penulis menggunakan sumber tertulis dalam melakukan penelitian, seperti halnya Sumber Primer dan Sumber sekunder:
1. Sumber Primer.
Penulis mengumpulkan sumber-sumber Primer dari arsip-arsip maupun buku-buku yang terkait dengan arsitektur keraton Sumenep maupun adat budaya Sumenep seperti : tulisan Syamsul Imam, BA. 1985, yang berjudul Adat Budaya Sumenep Sebagai Aspek Pembangunan Nyata. Sumber ini didapatkan dari kantor Dinas Pariwisata Sumenep, Jawa Timur. Serta melalui observasi dan interview.
2. Sumber Sekunder.
Dalam sumber sekunder ini penulis mempelajari berbagai buku-buku yang ditulis oleh tokoh sejarawan atau penulis lainnya seperti Abdurrahman, Iskandar Zulkarnaen, pemerintah Kabupaten Sumenep serta pihak-pihak lain yang terkait dengan keberadaan masyarakat Tionghoa di Sumenep yang telah dituangkan kedalam tulisan ini.
3. Kritik
Dalam melakukan proses verifikasi dengan cara pengujian terhadap sumber, maka akan dilakukan suatu kritik terhadap sumber tersebut. Dalam proses kritik dibagi atas dua bagian yaitu: Kritik Ekstern adalah bahan yang berhasil dikumpulkan kemudian diuji keasliannya dan keakuratannya kemudian dilakukan sebuah proses oleh peneliti untuk melakukan menguji suatu dokumen. Sedangkan Intern yaitu usaha untuk meneliti isi dari sumber sejarah itu dimana dibutuhkan penguasaan terhadap topik yang diteliti dengan memadai. Karena dengan cara ini sejarawan akan cepat menentukan apakah sumber yang diperoleh tersebut isinya relevan.
1. Kritik Ekstern.
Dalam proses Kritik ekstern setelah penulis melakukan pengumpulan sumber-sumber arsip maupun buku-buku, maka penulis akan melihat keaslian dari bahan kertas serta tulisannya dengan gaya bahasa yang digunakan apakah sejaman atau tidak. Karena dengan cara ini penulis bisa dibantu dengan tata bahasa pada masa itu, mengingat bahasa selalu mengalami perkembangan-perkembangan pada setiap zamannya.
2. Kritik Intern
Pada proses kritik Intern penulis akan melakukan sumber pembanding dengan penulisan antara penulisan asli dari pihak yang netral. Kebenaran data yang telah ditulis dengan data yang sudah ada sebelumnya. Dalam proposal ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah (history research). Metode penelitian sejarah adalah metode penelitian tentang masa lampau yang dilakukan secara sistematik dan sedikit obyektif dengan melibatkan ruang dan waktu.
4. Interpretasi
Penafsiran atau interpretasi disebut juga sebagai kesungguhan data. Seorang sejarawan harus bisa menggabungkan dan menyangkutkan sumber dengan data yang sudah ada sebelumnya. Seorang sejarawan yang tidak menggunakan teori dalam penulisan sejarahnya maka harus dapat menggunakan suatu pola pikir imajinasi namun masih tetap bisa dicerna oleh akal sehat. Interpretasi dan imajinasi yang dilakukan sejarawan harus mendekati fakta yang ada. Imajinasi dipakai oleh sejarawan apabila data-data yang terkumpul belum bisa menceritakan apa yang telah diteliti. Penelitian ini lebih mengkhususkan pada sejarah kebudayaan karena peneliti ingin menunjukkan aspek budaya sekaligus peristiwa sejarahnya sendiri yakni mengapa justru Dungkek yang dijadikan tempat pelarian para imigran Cina.
5. Histriografi
Historiografi adalah penulisan sejarah yang merupakan keseluruhan pengerahan daya pikiran sejarawan melalui keterampilan teknis menggunakan kutipan-kutipan dan catatan-catatan serta pikiran-pikiran kritis dan analisisnya. Keberartian semua fakta yang dijaring melalui metode kritik baru dapat dipahami hubungannya satu sama lain setelah semuanya ditulis dalam suatu keutuhan bulat historiografi.
J. Sistematika penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Masalah
d. Manfaat penulisan
e. Kajian Pustaka
f. Landasan teori
g. Metode penelitian
h. Sistematika penulisan
BAB II. KEBERADAAN ETNIS TIONGHOA DI DUNGKEK
a. Awal kedatangan masyarakat Tionghoa ke kampung nelayan Dungkek.
b. Tionghoa peranakan dan Tionghoa totok.
BAB III. HUBUNGAN SOSIAL MASYARAKAT TIONGHOA DENGAN MASYARAKAT MADURA DI DUNGKEK TAHUN 1960-an
a. Hubungan sosial masyarakat Tionghoa dengan masyarakat asli Madura di kampung nelayan Dungkek.
b. Keadaan penduduk dan mata pencaharian masyarakat Dungkek.
BAB IV. SILANG BUDAYA MASYARAKAT TIONGHOA-MUSLIM DI KAMPUNG NELAYAN DUNGKEK
a. Pernikahan orang Tionghoa-muslim menggunakan adat Madura dan adat Cina.
b. Pernikahan silang antara orang Tionghoa-Muslim dengan orang Madura muslim.
BAB V. PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR RUJUKAN

K. Daftar Rujukan

DR. Agus Salim, M.S. 2006. Stratifikasi Etnik: Kajian Mikro Sosiologi Interaksi Etnis Jawa dan Cina. Yogyakarta: Tiara Wacana

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya kerjasama Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Prof. Dr. Alo Liliweri, M.S. 2005. Prasangka dan Konflik: komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: LKiS

Prof. Dr. Hj. Rochiati Wiriaatmadja, M.A. 2003. Sejarah dan Peradaban Cina: Analisis Filosoif-Historis dan Sosio-Antropologis. Bandung: Humaniora

Prof. Kong Yuanzhi. 2005. Muslim Tionghoa CHENG HO: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Samsul Imam. BA. 1985. Adat Budaya Sumenep sebagai Aspek Pembangunan Nyata. Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Sumenep. Sumenep

Sjamsuddin, Helius. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Suryadinata, Leo. 1988. Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia

Thung Ju Lan dalam I. Wibowo. 2000. Harga Yang Harus Dibayar: Sketsa Pergulatan Etnis CIna di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama bekerja sama dengan Pusat Studi Cina

Zulkarnaen, Iskandar. 2003. Sejarah Sumenep. Sumenep: Dinas Pariwisata dan kebudayaan kabupaten Sumenep.

http://www.muslimtionghoa.com/index.php?action=generic_content.main&id_gc=128 diakses tanggal 13 November 2009

Jumat, 15 Oktober 2010

MASALAH adalah TANTANGAN untuk Maju

Bila kita menganggap masalah sebagai beban, kita mungkin akan menghindarinya. Bila kita menganggap masalah sebagai tantangan, kita mungkin akan menghadapinya. Namun, masalah adalah hadiah yang dapat kita terima dengan suka cita. Dengan pandangan tajam, kita melihat keberhasilan dibalik setiap masalah.

Masalah adalah anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi. Maka, hadapilah dan ubahlah menjadi kekuatan untuk sukses kita. Tanpa masalah, kita tak layak memasuki jalur keberhasilan. Bahkan hidup ini pun masalah, karena itu terimalah sebagai hadiah.

Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi. Bukan pula, eraman hangat di malam-malam yang dingin. Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu dari tebing yang tinggi. Detik pertama anak-anak elang itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan, matilah aku! Sesaat kemudian, bukan kematian yang kita terima, namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu terbang. Bila anda tak berani mengatasi masalah, kita tak akan menjadi seseorang yang sejati.

Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang telah kita raih, namun kegagalan yang telah kita hadapi, dan keberanian yang membuat kita tetap berjuang melawan rintangan yang bertubi-tubi.

Apa yang kita raih sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang kita lakukan terus menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila kita yakin pada tujuan dan jalan kita, maka kita harus memiliki ketekunan untuk berusaha. Ketekunan adalah kemampuan kita untuk bertahan di tengah tekanan yang dan kesulitan. Jangan hanya berhenti pada langkah pertama!

Yang memisahkan kita dengan keberhasilan adalah msalah yang menantang. Disitulah tanda kesejatian teruji. Hakikatnya perahu adalah berlayar menembus segala rintangan. Hakikat diri kita adalah berkarya menemukan kebahagiaan.

Jangan terkecoh dengan keberhasilan seseorang. Di balik kejayaan selalu ada jalan panjang yang berisikan catatan perjauangan dan pengorbanan. Keringat dan kepayahan. Tak ada jalan pintas untuk sebuah kesuksesan. Bila kita terpesona pada kenyamanan yang diberikan oleh kesuksesan, kita bisa lupa dari keharusan untuk berusaha. Namun bila kita terkagum pada ketegaran seseoarang dalam berusaha, kita akan menyerap energi kekuatan, keberanian dan kesabaran. Tak ada harga diskon untuk sebuah keberhasilan. Ada harga yang harus dibayar untuk meraih keberhasilan itu. Berusahalah terus!

Mulailah dengan hal kecil, dan jangan berhenti. Bertumbuhlah, belajarlah, dan kembangkan pencapaian kita. Sukses bukan dicapai oleh orang yang memulai dengan hal yang besar, tetapi oleh orang yang memelihara momentumnya dalam waktu yang cukup panjang, hingga pekerjaannya menjadi karya besar.

Apapun yang kita lakukan, lakukanlah dengan kebaikan hati. Keberhasilan bukan semata-mata karena kekuatan otot dan ketajaman pikiran. kita perlu bertindak dengan kelembutan hati. Sukses tidak selalu dibangun di atas upaya sendiri. Di balik semua pencapaian terselip pengorbanan orang lain. Hanya bila kita melakukannya dengan kebaikan hati, siapapun rela berkorban untuk keberhasilan kita.

Semua tindakan kita bagaikan bumerang yang akan kembali pada kita. Bila kita melempar dengan baik, ia akan kembali dalam tangkapan kita. Namun, bila kita ceroboh melemparkannya, ia akan datang untuk melukai kita. Renungkan bagaimana tindakan kita sekarang ini. Lakukan segala semuanya dengan tulus dan penuh kasih sayang. Tiada yang lebih manis daripada memetik buah atas kebaikan yang kita lakukan.
Inilah 22 Ciri Orang yang Mencintaimu

1. Orang yang mencintai kamu tidak pernah mampu memberikan alasan kenapa dia mencintai kamu. Yang dia tahu di hati dan matanya hanya ada kamu satu-satunya, dan dia akan selalu bahagia jika melihat kamu b...ahagia.

2. Walaupun kamu sudah memiliki teman istimewa atau kekasih, dia tidak perduli! Baginya yang penting kamu bahagia dan kamu tetap menjadi impiannya.

3. Orang yang mencintai kamu selalu menerima kamu apa adanya, di hati dan matanya kamu selalu yang tercantik walaupun kamu merasa berat badan kamu sudah bertambah.

4. Orang yang mencintai kamu selalu ingin tau tentang apa saja yang kamu lalui sepanjang hari ini, dia ingin tau kegiatan kamu.

5. Orang yang mencintai kamu akan mengirimkan SMS/YM/BBM seperti ’selamat pagi’, ’have fun’, ’selamat tidur’, ‘take care’, dan lain-lain, walaupun kamu tidak membalas SMS-nya, karena dengan kiriman SMS itu lah dia menyatakan cintanya, menyatakan dengan cara yang berbeda, bukan “aku CINTA padamu”.

6. Jika kamu merayakan tahun baru dan kamu tidak mengundangnya ke pesta yang kamu adakan, setidak-tidaknya dia akan menelefon untuk mengucapkan selamat atau mengirim SMS/YM/BBM.

7. Orang yang mencintai kamu akan selalu mengingat setiap kejadian yang dia lalui bersama kamu, bahkan mungkin kejadian yang kamu sendiri sudah melupakannya, karena saat-saat itu adalah saat yang berharga untuknya. dan saat itu matanya pasti berkaca, karena saat bersamamu tidak selalu terulang.

8. Orang yang mencintai kamu selalu mengingat setiap kata-kata yang kamu ucapkan, bahkan mungkin kata-kata yang kamu sendiri lupa pernah mengungkapkannya. karena dia menyematkan kata-kata mu di hatinya, berapa banyak kata-kata penuh harapan yang kau tuturkan padanya, dan akhirnya kau musnahkan? pasti kau lupa, tetapi bukan orang yang mencintai kamu.

9. Orang yang mencintai kamu akan belajar menggemari lagu-lagu kegemaran kamu, karena dia ingin tahu apa kegemaran kamu. Kesukaan kamu kesukaannya juga, walaupun susah menggemari kesukaan kamu, tapi akhirnya dia bisa.

10. Kalau kamu sedang sakit, dia akan sentiasa mengirim SMS, menelefon, YM/BBM dll untuk bertanya keadaan kamu - karena dia khawatir tentang kamu, peduli tentang kamu.

11. Jika kamu mengatakan akan menghadapi ujian, dia akan menanyakan kapan ujian itu berlangsung, dan saat harinya tiba dia akan mengirimkan SMS/YM/BBM ‘good luck’ untuk memberi semangat kepada kamu.

12. Orang yang mencintai kamu akan memberikan suatu barang miliknya yang mungkin buat kamu itu sesuatu yang biasa, tetapi baginya barang itu sangat istimewa.

13. Orang yang mencintai kamu akan terdiam sesaat, ketika sedang bercakap di telefon dengan kamu, sehingga kamu menjadi bingung. Sebenarnya saat itu dia merasa sangat gugup karena kamu telah menggetarkan dunianya.

14. Orang yang mencintai kamu selalu ingin berada di dekat kamu dan ingin menghabiskan hari-harinya hanya dengan kamu.

15. Orang yang mencintai kamu bertindak lebih seperti saudara daripada seperti seorang kekasih.

16. Orang yang mencintai kamu sering melakukan hal-hal yang bikin BETE, seperti menelefon/SMS/YM/BBM kamu 100 kali sehari. Atau mengejutkan kamu di tengah malam dengan mengirim SMS. Sebenarnya ketika itu dia sedang memikirkan kamu.

17. Orang yang mencintai kamu kadang-kadang merindukan kamu dan melakukan hal-hal yang membuat kamu pening. Namun ketika kamu mengatakan tindakannya itu membuat kamu terganggu dia akan minta maaf dan tak akan melakukannya lagi.

18. Jika kamu memintanya untuk mengajarimu sesuatu maka ia akan mengajarimu dgn sabar. Bahkan dia begitu gembira karena dapat membantu kamu. dia tidak pernah mengelak dari memenuhi permintaan kamu walau sesulit apapun permintaan itu.

19. Kalau kamu melihat handphone-nya maka nama kamu akan menghiasi sebagian besar INBOX-nya. Dia masih menyimpan SMS-SMS dari kamu walaupun ia kamu kirim berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang lalu.

20. Dan jika kamu coba menjauhkan diri darinya atau memberi reaksi menolaknya, dia akan menyadarinya dan menghilang dari kehidupan kamu, walaupun hal itu membunuh hatinya.

21. Jika suatu saat kamu merindukannya dan ingin memberinya kesempatan dia akan ada menunggu kamu karena sebenarnya dia tak pernah mencari orang lain. Dia sentiasa menunggu kamu.

22. Orang yang begitu mencintaimu, tidak pernah memaksa kamu memberinya sebab dan alasan, walaupun hatinya meronta ingin mengetahui, karena dia tidak mau kamu terbebani karenanya. saat kau pinta dia pergi, dia pergi tanpa menyalahkan kamu, karena dia benar-benar mengerti apa itu cinta.